Cerita Pendek - Suara Langit
Sudah 5 kali sehari ini aku menangis, 2 kali minum segelas air, 3 kali berjalan keluar rumah, 6 kali makan sepiring nasi, 4 kali muntah, dan 8 kali absen dalam bulan ini. Aku merasa harus memotong segala sesuatunya dengan tepat agar aku dapat kembali. Dalam kerapatan waktu di dunia ini, aku masih saja sempat khilaf, salah satu waktu itu adalah saat ini. Menuntut langit dengan segala kesedihan dan kemarahan. Kenapa aku tidak kau beri satu hari cerah saja? Kalaupun sudah kau beri namun mengapa justru aku kau beri hati yang kelam? Bukankah aku sudah cukup untuk hanya berkeluh kepadamu? Begitulah setidaknya ketika aku menjadi gila dengan waktu. Tidak luput kata ‘mengapa’. Dan hebatnya aku tetap dapat menghitung fungsi kerapatan probabilitas setelahnya. Kata ibuku seraya menaruh sepiring kue hangat di mejaku, “jangan edan, terus hidup.” Aku rasa langit memang memiliki rahasia khusus dalam gelombang kehidupan agar tidak tampak membosankan. Dan tentunya agar kami yang dibawahnya...